Jika Anda bertanya adakah hubungan antara kopi dan menulis? Maka saya akan jawab ada. Bahkan hubungan itu bisa saya jabarkan dalam beberapa kategori. Anda cukup membaca dan memahaminya atau bahkan menjadikannya bahan refleksi untuk diri Anda sendiri. Bahwa betapa dekatnya hubungan antara keduanya. Bahkan sedekat hubungan yang juga kuat antara orang yang mempunyai kebiasaan merokok yang selalu ditemani kopi.
Faktanya, tidak semua penulis perokok. Tapi kebanyakan penulis adalah penyuka kopi. Kesimpulan ini saya dapatkan dari perbincangan saya dengan para penulis yang menjadikan kopi sebagai minuman yang wajib ada dalah ritual menulisnya. Ya, rasanya kurang afdol jika menulis tanpa ditemani kopi. Terutama bagi para penulis yang terbiasa menulis di malam hari. Bukan pada jam kerja orang-orang bekerja pada umumnya.
Kebiasaan Minum Kopi
Pada mulanya saya sama sekali bukan penggemar kopi. Sama sekali tidak mempunyai kebiasaan minum kopi. Pertama kali saya sadar bawa saya mulai menjadi penggemar minuman kopi ini ketika saya yakin bahwa minuman ini mampu membuat saya terjaga. Membuat rasa kantuk bisa hilang seketika bahkan sekalipun dalam kondisi yang super mengantuk yang membuat mata rasanya lengket sekali. Dari situlah kopi menjadi minuman yang paling saya cari ketika mengantuk.
Dalam hal ini bagi saya kopi bukanlah kebiasaan atau gaya hidup melainkan sebuah kebutuhan. Saya hanya minum kopi di saat saya benar-benar membutuhkan untuk bisa tetap terjaga. Biasanya karena pada jam tersebut saya sedang bekerja yang mengharuskan saya dalam kondisi prima. Bisa juga karena dead line yang akan segera tiba yang mengharuskan saya untuk menulis lebih lama lagi di depan komputer. Kopi sukses membuat saya terjaga dalam waktu yang lebih lama.
Kopi Pilihan Penulis
Ketika ingin menikmati kopi saya tidak akan menolak untuk memilih beraneka ragam jenis minuman berbahan kopi. Mulai dari capuccino, frapucinno, vanila late, dll. Tapi ketika saya minum kopi untuk menemani saya menulis maka pilihan saya selalu jatuh pada kopi hitam. Terutama saat rasa kantuk menyerang maka kopi tubruk menjadi penyelamat saya untuk bisa terus menulis. Sedekat itulah hubungan kopi dan menulis bagi saya.
Hal yang pertama saya lakuka adalah menghirup aromanya. Beberapa hirupan rasanya memberikan gairah yang berbeda. Selain membuat mata saya melek lagi rasanya konsentrasi saya kembali sepenuhnya hingga saya dapat kembali menuangkan beragam ide untuk melanjutkan tulisan saya. Membuat apa yang saya tulis menjadi lebih beraroma juga seperti kopi yang baru saya hirup.
Meneguknya perlahan setelah bubuk kopi mengendap di dasar gelas membuat saya semakin bersemangat untuk terus melanjutkan tulisan yang sedang saya tulis. Hingga akhirnya tak terasa halaman demi halaman sudah saya lewati. Sementara kopi sudah semakin dingin dan habis. Tersisa ampas dan beberapa tetes cairan hitamnya saja. Sesekali semut bahkan menyerubungi gelas kopi yang sudah hampir habis itu.
Bagaimana Dahsyatnya Pengaruh Kopi bagi Penulis
Kopi dan menulis bagi saya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alasannya tentu karena ketika saya menulis kopi sudah menjadi minuman wajib yang harus tersedia. Itulah sebabnya stok kopi hitam selalu ada di rumah. Hebatnya ketika hari-hari biasa justru sebisa mungkin saya menghindari kopi karena saya ingin semua berjalan alami. Terutama ketika memang tidak ada pekerjaan yang mengharuskan untuk saya untuk tetap terjaga.
Saya akan tidur ketika saya memang sudah mengantuk karena rasa kantuk itu pertanda bahwa tubuh saya sudah mulai lelah dan butuh beristirahat. Begitupun pada siang hari. Walaupun sesekali menikmati frapuccino di siang hari tentu sangat menyegarkan tenggorokan dan mampu mengubah suasana hati. Salah satu cara menikmati kopi tanpa menulis tapi sambil bercengkrama bersama para sahabat atau kerabat.
Pada saat-saat seperti itu kopi hitam bahkan tidak pernah menjadi pilihan saya. Kopi jenis lain yang justru saya pilih. Karena saya tahu kopi jenis lain tidak akan memberi pengaruh yang dahsyat pada mata dan otak saya seperti dahsyatnya pengaruh yang saya dapatkan ketika minum kopi hitam. Itulah sebabnya kopi dan menulis sudah memiliki dunianya tersendiri untuk saya.
Itulah celotehan saya mengenai kopi dan menulis ini. Hubungan yang sangat dekat walaupun sesekali berjauhan. Namun ketika dibutuhkan kopi akan selalu menjadi teman setia saya dalam keasyikan saya menyelami dunia tulis menulis. Tidak hanya membuat saya terjaga tapi juga membuat saya menjadi lebih produktif dalam menulis. Bagaimana dengan Anda? Bagaimana kedekatan Anda dengan kopi? Saya yakin ada kesamaan diantara kita. Karena kita suka menulis dan suka minum kopi. Di saat ada rutinitas menulis maka pastilah ada kopi yang menemani. Tidak pedui Anda laki-laki atau perempuan. Tidak peduli Anda sudah menikah atau belum karena selalu ada hubungan erat antara kopi dan menulis.***